7 Saham Bank Digital ‘Party’, Punya Taipan RI Ini Paling Cuan
Foto: Muhammad Sabki
PT BESTPROFIT FUTURES JAMBI – Mayoritas saham bank digital terpantau menguat pada perdagangan sesi I Kamis (3/8/2023), meski sentimen dari eksternal cenderung kurang menggembirakan.
Per pukul 10:33 WIB, dari delapan saham bank digital, hanya satu saham yang terpantau terkoreksi.
Berikut pergerakan bank digital pada perdagangan sesi I hari ini.
Emiten | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Allo Bank Indonesia | BBHI | 1.650 | 4,10% |
Bank Raya Indonesia | AGRO | 368 | 2,22% |
Bank Amar Indonesia | AMAR | 300 | 1,35% |
Bank MNC Internasional | BABP | 80 | 1,27% |
Bank Jago | ARTO | 2.680 | 1,13% |
Bank Neo Commerce | BBYB | 420 | 0,48% |
Bank Aladin Syariah | BANK | 1.245 | 0,40% |
Bank Capital Indonesia | BACA | 130 | -0,76% |
Sumber: RTI
Saham bank digital CT Corp. yakni PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) memimpin penguatan saham bank digital pada sesi I hari ini, yakni melonjak 4,1% ke posisi Rp 1.650/unit.
Namun sayangnya, saham PT Bank Capital Indonesia Tbk (BACA) menjadi satu-satunya saham bank digital yang terkoreksi pada sesi I hari ini, yakni melemah 0,76% menjadi Rp 130/saham.
Bergairahnya saham-sagam bank digital terjadi meski sentimen dari eksternal cenderung kurang mendukung. Saham-saham teknologi di Amerika Serikat (AS), yang biasanya mempengaruhi pergerakan saham bank digital di RI, pada hari ini justru menjadi bergerak berlawanan.
Sentimen pasar global kembali memburuk setelah lembaga pemeringkat internasional yakni Fitch Ratings menurunkan peringkat surat utang AS dari AAA menjadi AA+ yang merupakan konsekuensi dari dampak persoalan plafon utang pada Mei lalu.
Penurunan oleh Fitch ini belum pernah terjadi sebelumnya. Peringkat AAA adalah tertinggi sementara AA+ adalah lebih rendah di bawah AAA.
“Penurunan peringkat AS mencerminkan penurunan fiskal yang diyakini akan terjadi selama tiga tahun ke depan, beban utang pemerintah tinggi dan terus meningkat, dan erosi tata kelola relatif terhadap negara-negara lain yang berperingkat ‘AA’ dan ‘AAA’ dalam dua dekade terakhir yang telah tercermin dalam kebuntuan batas utang yang berulang-ulang dan resolusi di saat-saat terakhir,” ujar Fitch Ratings.
Sebenarnya pada Mei lalu, Fitch telah memberi tanda waspada “rating watch negative” ke surat utang AS. Peningkatan masalah politik yang telah menghambat resolusi untuk menaikkan atau menangguhkan batas utang menjelang tenggat waktu yang semakin dekat pun disebut sebagai penyebabnya.
“Dalam pandangan Fitch, telah terjadi kemerosotan yang stabil dalam standar tata kelola selama 20 tahun terakhir, termasuk masalah fiskal dan utang. Selain itu, ketegangan politik batas utang berulang dan resolusi menit terakhir telah mengikis kepercayaan pada manajemen fiskal,” tambah Fitch.
Akibat pemangkasan rating utang AS oleh Fitch Ratings, saham-saham teknologi di AS pun berguguran.
Penurunan atau downgrade peringkat utang AS dapat membuat ketidakpastian global kembali meninggi dan tentunya membuat volatilitas pasar semakin membesar, termasuk pasar keuangan Indonesia.
Namun, baik Bank Indonesia (BI) maupun Kementerian Keuangan optimis jika ketidakpastian ini hanya sementara. Secara fundamental ekonomi Indonesia masih sangat kuat sehingga menarik bagi investor.
“Mudah-mudahan sentimennya lebih bersifat temporer. Kondisi supply-demand valas di pasar domestik tetap terkendali, BI tetap akan berada di pasar untuk tetap memastikan keseimbangan supply-demand tersebut,” tutur Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Edi Susianto, kepada CNBC Indonesia.
Indikator ekonomi RI sangat baik sehingga bisa menjadi ‘senjata’ kuat untuk melawan gejolak eksternal.
Di antaranya adalah inflasi yang terus melandai, pertumbuhan ekonomi yang sangat kuat, dan outlook defisit APBN 2023 yang lebih rendah yakni 2,28% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
‘Senjata’ ini diharapkan bisa kembali menarik investor saat kepanikan mereka reda.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Average Rating