Lagi-lagi Gegara Paman Sam, Dolar AS Kembali Dekati Rp15.900

Read Time:2 Minute, 5 Second

Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Dolar Asia, Melawai, Blok M, Jakarta, Selasa, (3/10). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki) Foto: Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Dolar Asia, Melawai, Blok M, Jakarta, Selasa, (3/10). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akibat imbal hasil obligasi pemerintah AS yang tinggi sehingga capital outflow terjadi dari emerging market termasuk Indonesia.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka di angka Rp15.880/US$ atau melemah 0,09% dan semakin mendekati level Rp15.900/US$. Posisi ini meneruskan pelemahan kemarin (25/10/2023) yang juga terdepresiasi sebesar 0,13%.

Sementara indeks dolar AS (DXY) pada pukul 08.55 WIB menguat sebesar 0,11% menjadi 106,64. Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan penutupan perdagangan kemarin (25/10/2023) yang berada di angka 106,52.

Kemarin (25/10/2023), Menteri Keuangan Sri Mulyani ikut buka suara mengenai nilai tukar rupiah yang alami tekanan berat dalam beberapa waktu terakhir. Dolar Amerika Serikat (AS) bahkan nyaris menembus Rp 16.000.

Ia menjelaskan bahwa rupiah memang mengalami depresiasi secara year to date/ytd, namun relatif kecil jika dibandingkan dengan negara lain yang bisa lebih dari 5-10%.

Menurut Sri Mulyani ini adalah fenomena penguatan dolar AS. Penyebabnya yaitu utang AS yang membengkak menjadi US$33 triliun atau setara Rp 508.200 triliun (kurs Rp15.400). AS butuh biaya besar untuk menutupi defisit tersebut dengan penerbitan obligasi.

“Ini artinya AS untuk bisa meminjam dengan SBN 10 tahun dia harus bayar bunga di atas 5% pertama kali sejak 2007 biasanya AS yield-nya rendah karena suku bunga sejak global financial crisis sangat rendah fed policy hanya 0,25bps atau 0,25%,” paparnya

Tingginya imbal hasil yang ditawarkan membuat investor berbondong-bondong membeli obligasi pemerintah AS. Begitu juga investor yang sudah menempatkan modalnya di negara berkembang.

“Ini menjadi sangat tidak predictable sangat volatile dan ini menyebabkan gejolak tidak hanya AS tapi seluruh dunia karena banyak negara investor beli surat berharga AS,” terang Sri Mulyani.

Lebih lanjut, pada malam hari ini, AS akan merilis data pertumbuhan ekonominya yang diperkirakan akan tumbuh 4,3% quarter on quarter/qoq adv menurut konsensus TradingEconomics pada kuartal ketiga 2023.

Sebelumnya perekonomian AS tumbuh pada tingkat tahunan sebesar 2,1% pada kuartal kedua tahun 2023, tidak berubah dari perkiraan sebelumnya, dan dibandingkan dengan pertumbuhan 2,2% yang direvisi naik pada kuartal pertama.

Ekonomi AS yang masih kuat didukung dengan pertumbuhan ekonomi kuartalannya yang berpotensi meningkat, akan memberikan tekanan terhadap rupiah karena investor melihat ekonomi AS saat ini sedang ketat dan panas.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Emiten Haji Isam JARR Ngacir 2%, Gegara Amran Jadi Mentan?
Next post Kerja Sama dengan GOTO, Emiten Ini Janji Bagikan Dividen