Jelang Pengumuman Suku Bunga Bank Sentral China, Bursa Asia Loyo
Foto: Bursa China (Reuters/Aly Song)
Jakarta, CNBC Indonesia – Mayoritas bursa Asia-Pasifik terpantau cenderung melemah pada perdagangan Selasa (20/2/2024), jelang keputusan suku bunga bank sentral China.
Per pukul 08:34 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang menguat 0,52% dan ASX 200 Australia naik tipis 0,01%. Sedangkan untuk indeks Hang Seng Hong Kong terkoreksi tipis 0,07%, Shanghai Composite China melemah 0,68%, Straits Times Singapura turun tipis 0,02%, dan KOSPI Korea Selatan terpangkas 0,54%.
Dari China, bank sentral (People’s Bank of China/PBoC) akan menggelar pertemuan terkait keputusan suku bunga acuan.
Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan PBoC akan kembali menahan suku bunga acuannya pada pertemuan kali ini.
Suku bunga acuan pinjaman (Loan Prime Rate/LPR) tenor satu tahun akan kembali ditahan di level 3,45%, sedangkan LPR tenor lima tahun juga akan ditahan kembali di 4,2%.
Sebelumnya pada akhir pekan lalu, PBoC juga telah menahan kebijakan bunga pinjaman fasilitas pinjaman jangka menengah (MLF) satu tahun senilai CNY 500 miliar (US$69,51 miliar) kepada beberapa lembaga keuangan pada level 2,5%.
Dalam jajak pendapat Reuters terhadap 31 pengamat pasar, sejumlah 22 orang atau sekitar 71%, dari seluruh responden memperkirakan bank sentral China akan mempertahankan biaya pinjaman pinjaman MLF satu tahun.
Dikutip dariCNBC International, Chang Wei Liang, ahli strategi FX & kredit di DBS, mengatakan tingkat MLF yang stabil muncul karena “preferensi pembuat kebijakan untuk mempertahankan yuan dan membatasi perbedaan suku bunga negatif dengan dolar AS.
Dengan pinjaman MLF senilai CNY 499 miliar yang akan berakhir bulan ini, operasi tersebut menghasilkan suntikan dana segar bersih sebesar CNY 1 miliar ke dalam sistem perbankan.
PBoC juga menyuntikkan CNY 105 miliar melalui reverse repo tujuh hari sambil mempertahankan biaya pinjaman tidak berubah di 1,80%. Perekonomian China yang masih lesu dan kebijakan moneter yang berbeda dari AS memberikan tekanan pada mata uang lokal.
Di tengah situasi yang cukup genting di China, PBoC akan terus menjaga kebijakan tetap fleksibel untuk meningkatkan permintaan domestik, sekaligus menjaga stabilitas harga.
“Kami terus memperkirakan dua putaran penurunan suku bunga di kuartal pertama dan kedua, dengan masing-masing 15 basis poin untuk operasi pasar terbuka dan suku bunga MLF,” Ting Lu, kepala ekonom China di Nomura, mengatakan dalam sebuah catatan menjelang operasi pinjaman.
Terkhusus LPR tenor lima tahun kemungkinan besar akan dikurangi dalam beberapa waktu mendatang.
“Menurunkan LPR lima tahun akan membantu menstabilkan kepercayaan, mendorong investasi dan konsumsi, dan juga membantu mendukung perkembangan pasar real estat yang stabil dan sehat,” kata surat kabar itu di akun resmi WeChat segera setelah keputusan suku bunga MLF.
Di lain sisi, pasar saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin kemarin tidak dibuka karena sedang libur memperingati hari Presiden pertama di AS yakni George Washington.
Saat bursa saham AS, Wall Street libur, investor pada hari ini cenderung memantau sentimen dari Asia-Pasifik dan Eropa.
CNBC INDONESIA RESEARCH