Minimnya Stimulus China Bikin Lesu Permintaan, Minyak Gagal Rebound

Read Time:2 Minute, 6 Second

Pasokan Mengetat, Harga Minyak Melesat (CNBC Indonesia TV) 

Foto: Ilustrasi kilang minyak. (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak cenderung melemah di tengah kekhawatiran terhadap rencana pertumbuhan ekonomi China.

Pada pembukaan perdagangan hari ini Rabu (6/3/2024), harga minyak mentah WTI dibuka stagnan di posisi US$78,15 per barel, sementara harga minyak mentah brent dibuka lebih rendah atau turun 0,04% di posisi US$82,01 per barel.

Pada perdagangan Selasa (5/3/2024), harga minyak mentah WTI ditutup terkoreksi 0,75% di posisi US$78,15 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent terdepresiasi 0,92% ke posisi US$82,04 per barel.

Harga minyak turun hampir 1% pada perdagangan Selasa, tertekan oleh skeptisisme seputar China dalam mencapai target pertumbuhan ekonominya dan menurunnya selera risiko investor meskipun mendapat dukungan dari melemahnya dolar AS.

Harga minyak terbebani oleh China sebagai importir minyak terbesar di dunia. Negeri tirai bambu tersebut menetapkan target pertumbuhan ekonomi pada tahun 2024 sekitar 5%.

Meskipun target tersebut serupa dengan target tahun lalu dan sejalan dengan ekspektasi para analis, kurangnya rencana stimulus besar-besaran untuk menopang perekonomian negara yang sedang berjuang mengecewakan para investor.

“Target pertumbuhannya baik-baik saja, namun yang hilang adalah bagaimana mereka ingin mencapainya, stimulus seperti apa yang masih belum jelas untuk saat ini,” ujar analis UBS, Giovanni Staunovo, kepada Reuters.

Sentimen penghindaran risiko di pasar keuangan yang lebih luas juga memberikan tekanan pada harga minyak, tambah Staunovo.

Sebagaimana diketahui, harga emas telah mencapai rekor tertinggi pada perdagangan Selasa karena meningkatnya spekulasi penurunan suku bunga AS pada bulan Juni 2024, sedangkan Wall Street melemah karena merosotnya harga saham-saham emiten jumbo.

Namun masih terdapat hal lain yang mendukung kenaikan harga minyak, seperti dolar AS tergelincir karena berkurangnya pertumbuhan di sektor jasa. Greenback yang lebih murah biasanya mendukung harga minyak dengan meningkatkan permintaan dari investor yang memegang mata uang lainnya.

“Di luar itu, pasar sebenarnya hanya menantikan berita utama berikutnya, dengan fokus pada laporan penyimpanan mendatang,” ujar analis Mizuho Robert Yawger, kepada Reuters.

Adapun laporan pertama dari dua laporan persediaan AS minggu ini, dari kelompok industri American Petroleum Institute, menunjukkan stok minyak mentah AS naik 423,00 barel dalam pekan yang berakhir 1 Maret, menurut sumber pasar, jauh lebih kecil dari kenaikan 2,1 juta barel yang diperkirakan para analis.

Data resmi dari Administrasi Informasi Energi AS akan dirilis pada hari Rabu pukul 10:30 ET (1530 GMT). Jika EIA melaporkan adanya peningkatan penyimpanan minyak mentah, maka ini akan menjadi minggu keenam berturut-turut peningkatan stok minyak di negara tersebut.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Emas Bakal ke US$ 2.000 Lagi, “Syarat dan Ketentuan Berlaku”
Next post Stok Minyak AS Dibawah Perkiraan, Minyak Kembali Rebound