Asuransi Tugu Pratama (TUGU) Geber Bisnis Non-Captive, Ini Alasannya

Read Time:3 Minute, 1 Second

Tugu Insurance Foto: Dok Tugu Insurance

Jakarta, CNBC Indonesia – PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk  (TUGU) bakal memperbesar pangsa pasar segmen non-captive. Hal ini demi mendukung kinerja keuangan perusahaan ke depan.

Berdasarkan laporan keuangan TUGU (induk non-konsolidasi) per 31 Mei 2024, total premi diterima mencapai Rp 2,2 triliun, naik 54% year-on-year (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 1,44 triliun.

Sementara itu premi neto, yaitu premi diterima yang sudah dikurangi dengan premi reasuransi TUGU mencapai Rp 510 miliar, tumbuh 37% yoy dari Rp 372 miliar tahun sebelumnya.

Baca: Bedah Saham Asuransi Grup Pertamina (TUGU), Ini Rekomendasinya

“Pertumbuhan premi mencapai double digit yang mampu dipertahankan TUGU menunjukkan kinerja yang solid meski di tengah kondisi ekonomi dan pasar yang diwarnai gejolak. Tren positif ini sekaligus menandai peningkatan pangsa pasar TUGU di industri asuransi umum” kata Nurwachidah research analyst PT Phintraco Sekuritas, Senin (24/6/2024).

TUGU sebagai perusahaan asuransi umum yang berstatus anak usaha PT Pertamina (Persero) dengan brand name Tugu Insurance memang masih ditopang oleh BUMN migas nasional tersebut. Pada Tahun 2023 Kontribusi Gross Written Premium (GWP) dari induk usaha mencapai 34%.

Meskipun porsi dari induk usaha relatif besar, Nur menjelaskan bahwa sebenarnya TUGU termasuk mendirikan dalam menjalankan bisnisnya. Hal ini terbukti dari porsi GWP BUMN yang hanya 19% dari total. Sementara sisanya 48% merupakan perusahaan non-BUMN.

“TUGU semakin independen, porsi captive market semakin mengecil, sementara pangsa non-captive semakin membesar. Melalui sinergi dan kolaborasi dengan BUMN serta mendorong pertumbuhan di segmen ritel yang saat ini masih underserved, pendapatan premi TUGU diharapkan setidaknya mencapai 10% per tahun” ungkap Nur.

Untuk diketahui, saat ini memang porsi segmen ritel TUGU untuk GWP masih tergolong kecil yaitu sebesar 6% pada 2023. Namun dengan strategi yang tepat, segmen ini diharapkan bisa menyumbang lebih dari 10% GWP TUGU pada tahun 2024 menurut Nur.

“Segmen ritel merupakan segmen non-captive dan membutuhkan strategi yang tepat karena untuk menyasar segmen ini TUGU harus fokus pada strategi mass market. Untuk sampai sana, infrastruktur dan akses digital ke produk menjadi penting. Apabila sukses ini akan menjadi segmen low-risk high-return” tambahnya.

TUGU sendiri memang tengah menyiapkan infrastruktur digital yang memadai untuk mengembangkan segmen ritel. Nantinya produk asuransi ritel seperti kendaraan bermotor dan lainnya akan tersedia di satu platform sehingga mereduksi biaya market place maupun keagenan sehingga secara beban menjadi lebih efisien.

Selain dari sisi ritel, kemampuan TUGU untuk menarik premi dari korporasi juga dinilai kuat. Hal ini didukung dengan afirmasi global rating A- dari lembaga rating internasional AM-Best selama 8 tahun berturut-turut.

DEMO BESTPROFIT

“Global Rating A- dari AM-Best dapat dikatakan setara dengan rating AAA untuk domestik. Ini menunjukkan kemampuan keuangan yang sangat solid dari TUGU. Hal ini jelas penting bagi nasabah untuk segmen korporasi yang mengasuransikan aset-aset produktifnya karena berkaitan dengan kapabilitas membayar klaim” kata Anissa Septiwijaya dari research analyst PT Shinhan Sekuritas.

demo bpf
demo bestprofit
demo bestprofit futures

Hingga akhir Mei 2024, TUGU (induk non-konsolidasi) mencatatkan beban klaim bruto sebesar Rp 397 miliar. Beban klaim tersebut hanya meningkat 1% yoy dibanding akhir Mei 2023 sebesar Rp 395 miliar. Kenaikan beban klaim tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan premi neto-nya.

Meskipun demikian, Anissa juga menegaskan bahwa TUGU juga melakukan strategi manajemen risiko yang terukur dengan melakukan pencadangan yang mencukupi di tengah tingginya pertumbuhan premi perseroan.

Anissa mencatat bahwa kenaikan cadangan claim mencapai 183% yoy menjadi Rp 102 miliar per akhir Mei 2024 dari periode yang sama tahun sebelumnya hanya Rp 36 miliar. “Meski kenaikan pencadangan signifikan, tetapi hasil underwriting masih tumbuh 45% yoy yang menunjukkan profitabilitas TUGU masih solid” ujar Anissa.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Rupiah Melemah Sejak Covid-19, Beli Dolar di Bank Tembus Rp 16.717
Next post Sri Mulyani Ungkap Salahnya Argentina, RI Bisa Belajar Biar Tak Krisis