Rupiah Balik ke Posisi Terkuat Tahun Ini, Dolar Sentuh Rp15.420!

Read Time:2 Minute, 33 Second
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah kembali menguat hari ini di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) dan menguji level terkuatnya sejak awal tahun.

Melansir data Refinitiv, rupiah berakhir di Rp15.420/US$, dalam sehari menguat 0,45%.

Sementara DXY naik 0,26% di angka 100,81. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan posisi kemarin yang berada di angka 100,55.

Perhatian investor tertuju ke negeri Paman Sam yang merilis data-data penting, terutama berpengaruh terhadap kebijakan suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve atau The Fed.

Kemarin, AS merilis data kepercayaan konsumen yang menunjukkan peningkatan, mencapai level tertinggi dalam enam bulan terakhir pada Agustus, di tengah optimisme terhadap prospek ekonomi.

Namun, data tersebut membuat masyarakat Amerika merasa lebih khawatir tentang kondisi pasar tenaga kerja, setelah tingkat pengangguran naik mendekati level tertinggi dalam tiga tahun terakhir, yaitu 4,3% pada bulan lalu.

Indeks kepercayaan konsumen Conference Board naik menjadi 103,3 pada bulan ini, yang merupakan level tertinggi sejak Februari, naik dari 101,9 yang direvisi pada bulan Juli.

Ekonom yang disurvei oleh Reuters memprediksi bahwa indeks ini tidak akan mengalami perubahan signifikan dari angka sebelumnya, yakni 100,3. Peningkatan kepercayaan ini kemungkinan dipengaruhi oleh keputusan Presiden Joe Biden untuk tidak mencalonkan diri pada pemilihan presiden November mendatang, serta penunjukan Wakil Presiden Kamala Harris sebagai pemimpin dari Partai Demokrat.

Indeks Ekspektasi Conference Board naik ke 82,5, tertinggi sejak Agustus 2023 dan meningkat dari 81,1 pada Juli. Ini adalah bulan kedua berturut-turut indeks berada di atas 80, yang biasanya dianggap sebagai indikator non-resesi.

Namun, optimisme konsumen terhadap pasar tenaga kerja menurun. Persentase yang melihat pekerjaan “banyak tersedia” turun menjadi 32,8% dari 33,4% di Juli, sementara yang menganggap pekerjaan “sulit didapat” meningkat sedikit menjadi 16,4% dari 16,3%.

Keprihatinan konsumen terhadap kondisi pasar tenaga kerja juga mencerminkan kekhawatiran di Federal Reserve AS, di mana Ketua Fed Jerome Powell pada Jumat lalu mengindikasikan bahwa penurunan suku bunga mungkin segera dilakukan.

“Laporan ini mendukung pemotongan suku bunga karena penurunan ekspektasi inflasi dan pelunakan pasar tenaga kerja, tetapi tidak terlalu lemah sehingga mengisyaratkan resesi saat ini,” kata penasihat ekonomi senior di Brean Capital, Conrad DeQuadros.

Baca:Beda Ramalan Rupiah BI & Pemerintah Dalam 5 Tahun, Siapa Paling Jitu?

Selain itu, data perkiraan kedua dari pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2024 akan dirilis pada esok hari tepatnya pada Kamis (29/8/2024).

Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan produk domestik bruto (PDB) perkiraan kedua AS pada kuartal II-2024 akan tumbuh 2,4%, sedikit menurun dari perkiraan awal PDB AS pada kuartal II-2024 sebesar 2,8%.

Data inflasi personal atau indeks harga konsumen (IHK) personal consumption expenditure (PCE) AS periode Juli 2024 juga akan dirilis pada pekan ini tepatnya pada Jumat mendatang.

Setiap perubahan dapat mempengaruhi ekspektasi terhadap langkah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) berikutnya, meski The Fed sudah mengindikasikan akan memangkas suku bunga acuannya pada pertemuan September mendatang.

CNBC INDONESIA RESEARCH 

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Bos OJK Buka Suara Soal Dugaan Suap IPO Puluhan Miliar di BEI
Next post Fee Based Income BNI (BBNI) Tembus Rp10,9 T, Ternyata Ini Sumbernya