IHSG Loyo Lagi Tertekan Kinerja 5 Saham Ini
Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau kembali melemah pada akhir perdagangan sesi I Jumat (27/9/2024),di tengah makin derasnya dana investor asing yang keluar dari pasar saham RI kemarin.
Hingga pukul 11:30 WIB, IHSG terkoreksi 0,67% ke posisi 7.692,77. IHSG pun kembali menyentuh level psikologis 7.600 pada sesi I hari ini.
Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 6,6 triliun dengan melibatkan 10 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 621.923 kali. Sebanyak 279 saham naik, 254 saham turun dan 256 saham cenderung stagnan.
Hampir seluruh sektor terkoreksi pada sesi I hari ini, kecuali sektor energi, properti, dan kesehatan yang menguat masing-masing 0,75%, 0,42%, dan 0,3%.
Dari sisi sektor yang melemah, infrastruktur dan transportasi menjadi yang paling parah koreksinya dan membebani IHSG paling besar yakni 0,77%.
Sementara dari sisi saham, emiten pertambangan Grup Salim yakni PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) menjadi penekan terbesar IHSG di sesi I hari ini yakni mencapai 16,5 indeks poin. Selain itu, saham perbankan raksasa PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) juga menjadi penekan yakni mencapai 13,3 indeks poin.
Namun, saham raksasa batu bara yakni PT Bayan Resources Tbk (BYAN) dan saham perbankan raksasa PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menjadi penahan koreksi IHSG yakni masing-masing mencapai 10,7 dan 7,1 indeks poin.
Berikut saham-saham penekan dan penahan koreksi IHSG pada sesi I hari ini.
IHSG cenderung kembali melemah di tengah makin derasnya dana investor asing yang keluar dari pasar saham RI kemarin.
Asing tercatat melakukan penjualan bersih (net sell) hingga mencapai Rp 2,27 triliun di seluruh pasar kemarindengan rincian sebesar Rp 2,53 triliun di pasar reguler, tetapi di pasar tunai dan negosiasi asing kembali mencatatkan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp 261,06 miliar.
Tampaknya, asing makin melepas saham-saham di RI dan mengalihkannya ke pasar saham China, setelah pemerintah China berencana memberikan stimulus ekonomi.
Sebelumnya, pemerintah China berniat untuk memberikan stimulus guna mendongkrak kembali perekonomian China yang masih lesu.
Presiden Xi Jinping dan para pemimpin tinggi China menyerukan peningkatan pengeluaran fiskal, langkah-langkah untuk menstabilkan sektor properti, dan pemotongan suku bunga yang lebih agresif.
Langkah ini mencerminkan urgensi pemerintah untuk menghentikan penurunan ekonomi China yang terus melambat.
Adapun salah satu langkahnya adalah mengeluarkan obligasi khusus senilai sekitar US$ 285 miliar yang setara Rp 4.427 triliun. Selain itu, bank-bank besar milik negara akan mendapatkan suntikan dana sebesar sekitar US$ 143 miliar atau Rp 2.220 triliun.
Pemerintah China juga disebut akan memberikan bantuan tunai kepada masyarakat miskin dan memberikan voucher konsumsi senilai US$ 74 juta atau Rp 1,15 triliun untuk mendorong orang-orang berbelanja selama libur Golden Week.
Secara total, stimulus China ini sangat jumbo dan sebanding dengan jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia yang berkisar Rp 3000 triliun. Jadi, tidak heran jika alirah asing sedang beralih ke negeri tirai bambu tersebut untuk menikmati guyuran stimulus.
Apalagi, sudah beberapa hari terakhir pasar saham China terbang, menandakan bahwa asing tengah melirik pasar saham China setelah adanya kabar pemberian stimulus.
CNBC INDONESIA RESEARCH