Naik Tipis, Astra Agro Lestari (AALI) Cetak Laba Rp1,15 T

Read Time:2 Minute, 4 Second
FILE PHOTO: A truck carrying oil palm fruits passes through Felda Sahabat plantation in Lahad Datu in Malaysia's state of Sabah on Borneo island, February 20, 2013. REUTERS/Bazuki Muhammad/File Photo
Foto: REUTERS/Bazuki Muhammad

Jakarta, CNBC Indonesia – Emiten sawit PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) melaporkan peningkatan 8,68% pada laba yang dapat diatribusikan ke entitas induk pada akhir tahun 2024.

Merujuk pada laporan keuangan terbaru dikutip dari keterbukaan informasi BEI, laba emiten Crude Palm Oil (CPO) Grup Astra tersebut per Desember 2024 tercatat sebesar Rp1,15 triliun. Sementara di tahun 2023, perseroan membukukan laba sebesar Rp1,05 triliun.

Dari sisi top line, perusahaan yang menawarkan pembiayaan di kredit kendaraan hingga pinjaman dana tunai ini membukukan pendapatan bersih sebesar Rp21,81 triliun. Capaian ini naik 5,16% dari tahun lalu sebesar Rp20,7 triliun.

Kenaikan pendapatan AALI dikontribusi oleh pendapatan dari minyak sawit mentah dan turunannya sebesar Rp20,18 triliun, pendapatan inti sawit dan turunannya sebesar Rp1,62 triliun, dan pendapatan lainnya sebesar Rp11,36 miliar.

Seiring naiknua pendapatan, laba AALI terhimpit beban pokok pendapatan sebesar Rp18,47 triliun. Sebelumnya, perseroan mengakumulasikan beban sebesar Rp17,97 triliun.

Dari segi permodalan, per Desember 2024, perusahaan mencatatkan aset sebesar Rp28,79 triliun. Hal ini turun dari periode 31 Desember 2023 dengan perolehan Rp28,85 triliun.

Adapun liabilitas dan ekuitas AALI tercatat sebesar masing-masing Rp5,59 triliun dan Rp23,2 triliun.

Sebagai informasi, sepanjang 2024 harga harga CPO menyusut akibat lemahnya permintaan, terutama dari negara konsumen utama China dan India. Sementara produksi terus turun akibat cuaca buruk imbas dari La Nina yang membuat proses panen terhambat.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (GAPKI) Eddy Martono mengungkapkan produksi dan ekspor CPO Indonesia pada 2024 mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya.

Eddy dalam program Squawk Box, CNBC Indonesia pada Selasa (31/12/2024) menyebut salah satu penyebabnya karena implementasi program Peremajaan Sawit Rakyat yang terlambat.

Eddy juga menyoroti penurunan ekspor CPO akibat harga minyak sawit yang lebih premium dibandingkan dengan minyak nabati lain seperti minyak kedelai.

Merujuk data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menunjukkan total produksi CPO dan turunannya sepanjang Januari-Oktober 2024 berjumlah 43,78 juta ton. terkontraksi 4,36% dari periode sebelumnya.

Sementara, untuk nilai ekspor secara nasional pada sepanjang 10 bulan pertama 2024 merosot 10% menjadi 24,83 juta ton, dari 27,59 juta ton pada periode yang sama tahun lalu.

Dari pasar ekspor, secara tahunan (yoy) sampai September lalu, ekspor ke China pada 2024 lebih rendah 33,3% dari 2023, demikian juga India 10,7% lebih rendah, Bangladesh 26,7% lebih rendah dan Malaysia 34,3% lebih rendah. Sedangkan untuk tujuan Timur Tengah dan Pakistan, lebih tinggi 18,2% dan 1,3%.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Dalam 6 Bulan, Saham Emiten Ini Naik 2.539%! Auto Digembok Bursa
Next post Prabowo Luncurkan Danantara, Singgung Masih Ada Anak RI yang Kelaparan