Saham Kesehatan Ambruk Saat Heboh Pneumonia, Saatnya Serok?

Read Time:3 Minute, 0 Second

Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto) Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia – Emiten kesehatan terpantau melemah pada perdagangan sesi I Kamis (7/12/2023), meski ada kabar bahwa penyakit mycoplasma pneumonia sudah mulai teridentifikasi masuk di Indonesia.

Per pukul 11:06 WIB, mayoritas saham farmasi dan saham rumah sakit terkoreksi. Hanya ada satu saham farmasi dan satu saham rumah sakit yang masih menghijau pada sesi I hari ini.

Berikut pergerakan saham emiten farmasi pada perdagangan sesi I hari ini.

SahamKode SahamHarga TerakhirPerubahan Harian
Kimia FarmaKAEF945-6,90%
Industri Jamu dan Farmasi Sido MunculSIDO545-4,39%
PhaprosPEHA590-4,07%
IndofarmaINAF550-2,65%
Kalbe FarmaKLBF1.660-2,35%
Pyridam FarmaPYFA1.190-2,06%
Tempo Scan PacificTSPC1.775-1,66%
Soho Global HealthSOHO5450,00%
MerckMERK4.3200,23%

Sumber: RTI

Dari emiten farmasi, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) menjadi saham farmasi yang paling parah koreksinya di sesi I hari ini, yakni ambruk 6,9% ke posisi harga Rp 945/saham.

Sedangkan saham PT Merck Tbk (MERK) menjadi satu-satunya saham farmasi yang masih menguat pada sesi I hari ini, yakni menguat 0,23% menjadi Rp 4.320/saham.

Adapun berikut pergerakan saham emiten rumah pada perdagangan sesi I hari ini.

SahamKode SahamHarga TerakhirPerubahan
Royal PrimaPRIM88-4,35%
Sejahteraraya AnugrahjayaSRAJ244-2,40%
Metro Healthcare IndonesiaCARE167-2,34%
Siloam International HospitalsSILO2.250-2,17%
Murni SadarMTMH1.350-2,17%
Kedoya AdyarayaRSGK1.230-1,60%
Famon Awal Bros SedayaPRAY680-1,45%
Mitra Keluarga KaryasehatMIKA2.740-1,44%
Sarana Mediatama MetropolitanSAME358-1,10%
Medikaloka HerminaHEAL1.455-0,68%
BundamedikBMHS3721,09%

Sumber: RTI

Dari emiten rumah sakit, PT Royal Prima Tbk (PRIM) menjadi saham rumah sakit yang paling parah koreksinya di sesi I hari ini, yakni ambrol 4,35% ke posisi harga Rp 88/saham.

Sementara untuk sasam PT Bundamedik Tbk (BMHS) menjadi satu-satunya saham rumah sakit yang masih menguat pada sesi I hari ini, yakni melesat 1,09% menjadi Rp 372/saham.

Koreksi saham-saham sektor kesehatan terjadi meski ada kabar bahwa penyakit mycoplasma pneumonia sudah mulai teridentifikasi masuk di Indonesia.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan bahwa hingga Rabu kemarin, terdapat enam total kasus terkonfirmasi mycoplasma pneumonia yang diidentifikasi sejak Oktober.

Meskipun demikian, Kemenkes RI meminta masyarakat untuk tidak panik karena seluruh pasien terkonfirmasi telah sembuh. Selain itu, mycoplasma pneumonia bukanlah bakteri baru sehingga tidak perlu dikhawatirkan.

Direktur Jenderal (Dirjen) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI, Maxi Rein Rondonuwu, mengungkapkan bahwa mycoplasma pneumonia adalah jenis bakteri yang sudah ada sejak lama, bahkan sebelum kasus Covid-19 merebak pada akhir 2019 lalu.

“Sebelum Covid-19 itu incidence-nya 8,5 persen. Jadi, penyakit ini sudah lama ada. Cuma, memang di China itu sedang naik,” papar dr. Maxi. dalam konferensi pers daring, Rabu (6/12/2023).

Lebih lanjut, dokter spesialis anak di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Nastiti Kaswandani, mengatakan bahwa mycoplasma pneumonia memiliki tingkat keparahan yang sangat rendah.

“Dibandingkan dengan Covid-19, influenza, atau virus pneumonia lain, seperti pneumokokus, itu keparahannya pneumonia akibat mycoplasma ini jauh lebih rendah sehingga tidak perlu ada kepanikan berlebihan di masyarakat,” papar Nastiti dalam kesempatan yang sama.

Nastiti menjelaskan, gejala mycoplasma pneumonia umumnya jarang disadari sehingga sering disebut sebagai “walking pneumonia”. Sebab, pneumonia akibat bakteri mycoplasma tidak mengganggu aktivitas normal anak-anak dan dapat diobati dengan sistem rawat jalan.

Sebagai informasi, beberapa waktu belakangan ini, masyarakat dihebohkan oleh peningkatan kasus pneumonia ‘misterius’ di China yang diduga disebabkan oleh bakteri mycoplasma pneumonia.

Berdasarkan laporan media lokal China, kasus mycoplasma pneumonia memang sudah meningkat sejak Mei 2023 lalu dengan tiga per empat pasien didiagnosis sebagai infeksi mycoplasma.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Pantau Pergerakan 3 Saham yang Berpotensi Cuan Hari Ini
Next post BI Bidik Kredit Tumbuh 10-12%, Himbara Optimis Tapi…