Targetkan Nol Emisi 2026, Pupuk Indonesia Sulap Karbon Jadi Ini
Jakarta, CNBC Indonesia – Holding perusahaan pupuk pelat merah PT Pupuk Indonesia (Persero) telah mengurangi emisi karbonnya hingga 1,9 juta ton pada tahun 2023. Nantinya diharapkan, pupuk indonesia bisa bebas emisi karbon pada 2060.
Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha Pupuk Indonesia Jamsaton Nababan mengatakan, pengurangan emisi ini akan dilakukan bertahap. Di tahun 2030 pihaknya menargetkan pengurangan emisi hingga 3,2 sampai 4 juta ton.
Sejumlah langkah pun telah disiapkan untuk mencapai target tersebut. Termasuk mengolah CO2 untuk menjadi produk baru, seperti bio ash dan hidrogen.
Sebagai informasi, soda ash adalah bahan baku turunan dari natrium karbonat yang utamanya digunakan dalam industri pembuatan kaca, keramik, tekstil, kertas hingga aki. Untuk mendapatkan soda ash, industri harus memiliki tiga komponen utama yaitu amonia, CO2 dan garam industri
“Targetnya (produksi bio ash) ini sedang tender, proses tender. Jadi kita harapkan 2 tahun. Berarti 2027 sudah operasi,” ungkap Jamsaton kepada wartawan usai menghadiri Green Economy Expo di Jakarta Convention Center, Kamis, (4/7/2024).
Meski belum beroperasi, Jamsaton mengaku sudah ada beberapa produsen kaca dan perusahaan lain yang tertarik untuk membeli. Pasalnya, saat ini di Indonesia pemenuhan kebutuhan soda ash sepenuhnya masih impor.
Langkah lainnya adalah melakui elektrolisa air yang nanti dipisahkan menjadi hidrogen. Hidrogen tersebut nantinya akan digunakan untuk amonia di produk pupuk urea.
“Jadi tidak perlu nanti dari gas, sehingga tidak ada lagi emisi CO2. Nah itu yang kita lakukan untuk jangka panjang untuk bisnis kita,” jelasnya.
Disamping mengolah produk baru, Pupuk Indinesia juga tengah memperbaiki atau menggganti mesin-mesin produksinya dengan yang baru. Sehingga pemakaian gasnya tidak boros dan mengurangi emisi.
Selain itu, langkah lain seperti pemakaian motor listrik, bus listrik, PLTS untuk penerangan di jalan maupun di pabrik dan penanaman pohon juga dilakukan untuk mengurangi emisi karbon.
“Kemudian nanti bisa juga CO2 yang kita hasilkan itu kita injek lagi ke bawah tanah. Itu namanya blue, itu yang bekas-bekas lapangan minyak atau lapangan gas yang dulu sudah habis, itu kan ruangannya kosong di bawah. Nanti CO2 yang dari pabrik kita kita inject ke situ,” jelasnya.
Untuk merealisasikan ide tersebut, pihaknya akan bekerja sama dengan beberapa pemilik wilayah kerja (WK) migas, seperti Chevron hingga Pertamina.