Cadev RI Tembus US$140 Miliar, Dolar Turun ke Rp16.275

Read Time:1 Minute, 48 Second
Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah data cadangan devisa (cadev) rilis oleh Bank Indonesia (BI) yang mengalami kenaikan.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat 0,31% di angka Rp16.275/US$ pada hari ini, Jumat (5/7/2024). Apresiasi ini telah terjadi sejak 3 Juli 2024.

Sementara itu secara mingguan, rupiah juga menguat 0,58% atau selaras dengan pekan sebelumnya yang juga berada di teritori positif 0,46%.

DXY pada pukul 15:52 WIB melemah 0,14% di angka 104,97. Angka ini lebih rendah dibandingkan posisi kemarin yang berada di angka 105,13.

Pada hari ini, BI telah merilis data cadev yang mengalami kenaikan sebesar US$1,2 miliar menjadi US$140,2 miliar pada periode Juni 2024.

Asisten Gubernur BI Erwin Haryono mengatakan kenaikan posisi cadangan devisa tersebut dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, di tengah kebutuhan stabilisasi nilai tukar rupiah sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.

“Posisi cadangan devisa pada akhir Juni 2024 setara dengan pembiayaan 6,3 bulan impor atau 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor,” kata Erwin, Jumat (5/7/2024).

BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Hal ini tentu disambut positif oleh pelaku pasar mengingat dengan besarnya cadev, maka tekanan terhadap rupiah dapat diredam atau distabilisasi.

Kendati terjadi penguatan, pelaku pasar masih menunggu data non farm-payroll dan tingkat pengangguran malam hari ini yang akan dirilis di AS.

Jika melihat banyaknya data pasar tenaga kerja yang akan rilis di awal pekan bulan Juli ini sesuai dengan ekspektasi, ini akan memberikan harapan pada kebijakan bank sentral AS yang lebih baik terhadap prospek suku bunga. Sebaliknya, jika pasar tenaga kerja masih lanjut tetap ketat, maka tren higher for longer masih tetap bertahan lama.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Targetkan Nol Emisi 2026, Pupuk Indonesia Sulap Karbon Jadi Ini
Next post Hari Ini Cum Date Dividen INDF-ICBP, Anthoni Salim Cuan Segini