Warga RI Banyak Maksa Beli Mobil, Ini Buktinya

Read Time:2 Minute, 25 Second
Suasana pengunjung di acara Ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024, Rabu (17/7/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Suasana pengunjung di acara Ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024, Rabu (17/7/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia – Kredit macet perusahaan pembiayaan atau multifinance terpantau mengalami tren kenaikan sepanjang tahun 2024. Nonperforming financing (NPF) multifinance tercatat telah naik 4,8% sepanjang tahun berjalan atau year to date (ytd) per September tahun 2024.

Berdasarkan data statistik OJK, rasio kredit macet keseluruhan industri naik dari 2,50% di Januari 2024 menjadi 2,62% di September 2024. Meski demikian, capaian bulan lalu sudah membaik dibandingkan dengan Agustus yang tercatat sebesar 2,66%.

Pengamat industri pembiayaan dan otomotif Jodjana Jody mengatakan NPL anjlok dalam setahun terakhir karena faktor perlambatan ekonomi dan maraknya konsumen yang memaksakan diri.

“Pemburukan NPL dalam setahun terakhir ini khususnya diakibatkan faktor perlambatan ekonomi dan maraknya konsumen yang memaksakan diri membeli kendaraan dengan iming-iming low DP [uang muka rendah],” ungkap Jody saat dihubungi CNBC Indonesia, Kamis, (7/11/2024).

Dia melanjutkan bahwa biasanya multifinance membutuhkan dua tahun untuk memperbaikin portofolio dari dampak kredit bermasalah. Hal ini juga akan bermdampak kepada penyaluran pembiayaan baru, karena perusahaan dengan NPF tinggi harus meningkatkan protokol manajemen risiko agar kualitas aset tidak semakin buruk.

Jody pun memperingatkan bahwa tahun depan juga bukan merupakan tahun yang mudah bagi industri multifinance. Sebagaimana diketahui, Indonesia masih dihadapi dengan ancaman geopolitik yang besar, tren penurunan suku bunga yang mungkin sekali tertunda fiskal pemilihan Donald Trump di AS, serta beban fiskal Indonesia yang berat. Beban fiskal yang dimaksud antara lain refinancing utang pemerintah, kenaikan PPN, defisit fiskal, dan lain sebagainya.

“Untuk itu multifinance benar-benar mesti fokus jaga perbaikan NPF dan tidak tergoda untuk jor-joran kredit semata. Solusi nya saya rasa hanya perlu menegakkan protokol risk manajemen untuk booking portfolio bisnis yang sehat dan mulai diversifikasi pembiayaan, bukan hanya di sektor otomotif,” jelasnya.

Sebagai informasi, kenaikan kredit bermasalah berbarengan dengan lesunya industri otomotif. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) resmi menurunkan target penjualan mobil domestik menjadi hanya 850 ribu unit di tahun 2024 ini. Sebelumnya, Gaikindo memiliki target besar yakni penjualan 1,1 juta unit, artinya ada penurunan target 23% atau sebesar 250 ribu unit.

Sepanjang Januari-September 2024 penjualan dari pabrikan ke diler (wholesales) baru terjual 633.218 unit, turun 122.560 unit atau 16,2% dibanding periode yang sama tahun lalu yakni terjual 755.778 unit. Penjualan diler ke konsumen (retail sales) juga mengalami penurunan, yakni terjual 657.223 unit, jeblos 11,9% atau 89.023 unit dibanding periode yang sama tahun lalu dengan penjualan 746.246 unit. Angka penjualan tersebut jadi modal untuk mewujudkan penjualan sesuai target terbaru Gaikindo.

Sementara itu, piutang pembiayaan tumbuh melambat. Per September 2024, penyaluran pembiayaan dari multifinance sebesar Rp501,78 triliun, naik 9,39% secara tahunan (yoy). Pada periode yang sama tahun lalu, piutang pembiayaan tumbuh 15,42% yoy. 

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Kena Trump Effect, 5 Saham Ini Paling Ambles di IHSG
Next post Kekhawatiran Besar Saat Trump Menang, Investor Disarankan Begini!