Kena Trump Effect, 5 Saham Ini Paling Ambles di IHSG

Read Time:5 Minute, 24 Second
Sekelompok siswa-siswi melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin, (21/10/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Sekelompok siswa-siswi melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin, (21/10/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau ambles pada perdagangan sesi I Kamis (7/11/2024), setelah adanya kabar bahwa calon presiden Donald Trump menang Pemilu Amerika Serikat (AS) 2024.

Per pukul 09:30 WIB, IHSG ambles 1,09% ke posisi 7.303,56. IHSG makin dekati level psikologis 7.200.

Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 2,6 triliun dengan melibatkan 161 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 314.929 kali. Sebanyak 161 saham menguat, 304 saham melemah, dan 170 saham cenderung stagnan.

Terpantau seluruh sektor berada di zona merah pada sesi I hari ini, dengan sektor bahan baku menjadi yang paling parah koreksinya dan juga menjadi penekan terbesar IHSG yakni mencapai 1,99%.

Sementara dari sisi saham, emiten pertambangan Grup Salim PT Amman Mineral Internasional Tbk, dan emiten perbankan raksasa PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) serta PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menjadi penekan IHSG masing-masing mencapai 9,1, 8,3, dan 4,5 indeks poin.

Berikut saham-saham penekan IHSG pada sesi I hari ini.

IHSG ambles di tengah wait and see investor terkait dampak dari kemenangan Trump sebagai calon presiden (capres) AS. Selain itu, pasar juga menanti keputusan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Baca:Breaking! Trump Menang Pilpres AS, IHSG Dibuka Jeblok

Capres dari Partai Republik yakni Trump memenangkan pemilu AS, 5 November. Kemenangan Trump dipastikan setelah dirinya meraup 277 suara elektoral kemarin sekitar pukul 05.30 waktu setempat atau 17.30 WIB.

Hingga hari ini pukul 05.21 WIB, Trump sudah mengantongi 265 electoral college sementara rivalnya dari Partai Demokrat yakni Kamala Harris meraup sebanyak 226 electoral college.

Adapun batas electoral vote di AS sendiri adalah 270 suara.

Trump juga memenangkan popular vote, di mana ia berhasil mengumpulkan 72.083.871 suara (51%) sementara Kamala mengumpulkan 67.274.910 (48%)

Suara Trump melampai 270 setelah ia mengamankan negara bagian penentu kemenangan atau swing state, Wisconsin dengan 49% kemenangan. Ia unggul di semua swing states, termasuk Arizona, Michigan, Nevada, Georgia, Nort Carolina dan Pennsylvania.

Kemenangan Trump membuat berbagai aset berisiko di AS bergairah, seperti pasar saham sampai pasar kripto. Wall Street pun ditutup menghijau pasca Trump memenangkan Pemilu AS kali ini.

Anjloknya IHSG sejalan dengan sebagian bursa Asia seperti Nikkei. Salah satu pemicunya adalah kemenangan Trump bisa meningkatkan aliran modal asing karena investor melihat investasi di AS lebih menarik.

Katrina Ell, direktur riset ekonomi di Moody’s Analytics, mengatakan Asia menjadi salah satu wilayah yang bisa dirugikan oleh kebijakan tarif Trump.

“Kebijakan perdagangan global Trump menimbulkan kecemasan khususnya di Asia, mengingat platform proteksionis yang kuat, di mana tarif yang lebih agresif pada impor ke AS telah dijanjikan,” tutur Ell, dikutip dari BBC.

Kekhawatiran tersebut disampaikan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo. Perry mengatakan ada tiga hal yang perlu diwaspadai jika Trump menang. Di antaranya adalah tekanan terhadap nilai tukar rupiah, potensi tekanan kepada arus modal, dan ketidakpastian di pasar keuangan.

Perry mengatakan, potensi ekonomi yang bisa terjadi ketika Trump kembali menjadi Presiden AS di antaranya penguatan mata uang dolar AS yang akan terus terjadi ke depan.

“Mata uang dolar akan kuat, suku bunga AS akan tetap tinggi, dan tentu saja perang dagang juga masih berlanjut,” ungkap Perry dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta Pusat, Rabu (6/11).

Ia mengatakan, berbagai permasalahan itu tentu akan memberikan dampak langsung terhadap perekonomian negara-negara ekonomi berkembang, seperti Indonesia. Menurutnya, nilai tukar rupiah berpotensi melemah ke depan, dan aliran modal asing akan semakin sempit.

“Dinamika ini yang akan berdampak ke seluruh negara khususnya emerging market, termasuk Indonesia, yaitu satu, tekanan-tekanan terhadap nilai tukar, kedua, arus modal, dan ketiga, bagaimana ini berpengaruh kepada dinamika ketidakpastian di pasar keuangan,” tuturnya.

Guna mengantisipasi potensi risiko dari menangnya Trump dalam Pilpres AS itu, Perry mengatakan, BI akan bersama pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) akan terus berkomitmen menjaga stabilitas ekonomi dan pasar keuangan, sambil terus mendukung laju pertumbuhan ekonomi.

“Ini yang kemudian kita harus respons secara hati-hati, Bank Indonesia untuk itu terus menyampaikan komitmen kami menjaga stabilitas dan turun dukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, bersinergi erat dengan pemerintah dan KSSK,” ujar Perry Perry dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta Pusat, Rabu (6/11).

Beda IHSG, Wall Street Rekor

Melemahnya IHSG ini berbanding terbalik dengan bursa AS, Wall Street, yang mencetak rekor.

Seperti diketahui, Indeks Dow Jones melonjak 1.508,05 poin, atau 3,57% dan menutup perdagangan di rekor baru di 43.729,93. Terakhir kali indeks blue-chip Dow melonjak lebih dari 1.000 poin dalam satu hari adalah pada November 2022.

Indeks S&P 500 juga mencatatkan rekor tertinggi dengan terbang 2,53% ke posisi 5.929,04. Nasdaq Composite melesat 2,95% ke level tertinggi barunya di 18.983,47.

Optimisme investor dipicu oleh harapan bahwa pemerintahan Trump kedua akan membawa kebijakan pro-bisnis seperti pemotongan pajak, deregulasi, dan tarif, yang diperkirakan akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan laba perusahaan.

Saham-saham yang dianggap akan diuntungkan di bawah kepemimpinan Trump pun tampak melonjak.

Sektor-sektor yang diperkirakan paling diuntungkan dari kebijakan Trump memimpin reli ini, termasuk sektor keuangan, energi, dan industri.

Pasar Menunggu The Fed

Berikutnya, usai pemilu AS sudah bisa dipastikan siapa pemenangnya, kini pelaku pasar beralih fokus pada penantian kebijakan suku bunga The Fed.

The Fed sendiri melangsungkan rapat Federal Open Market Committee (FOMC) selama dua hari sejak kemarin sampai hari ini (6-7 November 2024).

Hasil keputusan kemudian akan kita dapatkan pada Jumat dini hari waktu Indonesia.

Pasar memperkirakan Komite Pasar Terbuka Federal akan memangkas suku bunga lagi sebesar 0,25% pada tanggal 7 November, menurut perkiraan oleh CME FedWatch Tool kini peluang pemangkasan sudah mencapai nyaris 99%.

Ini akan menjadi pemangkasan kedua dalam siklus ini setelah pengurangan sebesar 0,5% pada tanggal 18 September dan akan membawa kisaran target untuk suku bunga dana federal antara 4,5% dan 4,75%.

Sementara itu, dari dalam negeri, pelaku pasar juga menantikan data ekonomi yakni cadangan devisa oleh Bank Indonesia (BI) untuk periode Oktober 2024.

Sebelumnya, BI mengungkapkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir September 2024 tetap tinggi sebesar US$ 149,9 miliar. Posisi ini turun dibandingkan posisi pada akhir Agustus 2024 sebesar US$ 150,2 miliar.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Prabowo Luncurkan Temasek Versi RI, Danantara Besok
Next post Warga RI Banyak Maksa Beli Mobil, Ini Buktinya