Breaking! Pasar Nantikan Hasil Rapat BI, IHSG Melesat 1% Lebih

Read Time:2 Minute, 8 Second
Karyawan melintas di depan layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (5/7/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil melesat lebih dari 1% pada perdagangan sesi I Selasa (19/11/2024), di tengah wait and see pasar menanti hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) yang sudah dimulai pada hari ini.

Per pukul 10:10 WIB, IHSG berhasil melesat 1,03% ke posisi 7.207,55. IHSG kembali ke level psikologis 7.200 pada sesi I hari ini.

Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 3,3 triliun dengan volume transaksi mencapai 7,8 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 451.406 kali.

Baca:IHSG Dibuka Hijau, Naik 0,3% ke Level 7.155

IHSG berhasil bangkit dan melesat lebih dari 1%, setelah empat hari beruntun merana dan bertahan di level psikologis 7.100.

Melesatnya IHSG pada sesi I hari ini terjadi di tengah wait and see investor menanti keputusan suku bunga terbaru dari bank sentral China (People’s Bank of China/PBoC) dan Bank Indonesia (BI) pada Rabu besok.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI akan mulai hari ini hingga Rabu besok. Salah satu hal yang ditunggu pelaku pasar adalah soal keputusan suku bunga BI (BI rate) periode November 2024.

Sebagai catatan, pada Oktober lalu, BI menahan suku bunganya di level 6% dengan Suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.

“Keputusan ini konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5% pada 2024 dan 2025,” jelas Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur di kantornya, Rabu (16/10/2024).

Kebijakan tersebut ditujukan juga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi serta menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

“Fokus kebijakan moneter jangka pendek ini pada stabilitas nilai tukar rupiah karena meningkatnya ketidakpastian para keuangan global,” ujarnya.

Selain BI, pasar juga menanti kebijakan suku bunga terbaru PBoC, di mana bank sentral Negeri Panda tersebut juga akan mengumumkan kebijakan suku bunga terbarunya besok.

China lewat Loan Prime Rate (LPR) tenor satu dan lima tahun diperkirakan pasar masih akan menahan suku bunganya masing-masing sebesar 3,1% dan 3,6% setelah sebelumnya memangkas suku bunganya dari 3,35% dan 3,85%.

Untuk diketahui, LPR satu tahun memengaruhi pinjaman perusahaan dan sebagian besar pinjaman rumah tangga di China, sementara LPR lima tahun digunakan sebagai acuan untuk suku bunga hipotek.

Langkah ini sudah diperkirakan. Sebelumnya, Gubernur PBoC, Pan Gongsheng, telah mengindikasikan bahwa tingkat suku bunga acuan pinjaman akan dipangkas 20 hingga 25 basis poin (bps).

CNBC INDONESIA RESEARCH

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Rombak 22 Direksi dan Komisaris BUMN, Erick Thohir Buka Suara
Next post Harga Bitcoin Mendekati US$ 100 Ribu Gara-Gara Hal Ini