MR DIY Mau IPO Incar Dana Rp 4,71 Triliun
Jakarta, CNBC Indonesia – Emiten ritel barang rumah tangga PT Daya Intiguna Yasa Tbk (MDIY) atau yang lebih dikenal di masyarakat luas sebagai MR. DIY berencana untuk melaksanakan Initial Public Offering (IPO) dengan harga penawaran Rp1.650 hingga Rp1.870 per saham.
Melansir prospektus penawaran perdananya, MR DIY akan menawarkan 2,52 miliar saham dengan nominal Rp25 per saham kepada publik melalui IPO. Jumlah tersebut terdiri dari 9% saham milik pemegang saham penjual Azara Alpina Sdn. Bhd. dan 1% saham baru yang dikeluarkan dari portepel perseroan.
Adapun harga penawaran IPO saham MR DIY dipatok sekitar Rp1.650 hingga Rp1.870 per saham. Dengan demikian, MR DIY berpotensi meraup dana IPO sekitar Rp4,15 triliun hingga Rp4,71 triliun.
Pada rentang harga tertinggi, MR DIY akan memiliki kapitalisasi pasar Rp 47,11 triliun yang mana angka tersebut relatif sangat premium dibandingkan dengan peritel lainnya. Nilai pasar MR DIY akan 3,5 kali lebih besar dibandingkan dengan emiten ritel Grup Kawan Lama (ACES) dan nyaris 7 kali nilai pasar Erajaya Swasembada (ERAA).
Sebagai informasi, pada semester pertama tahun ini MR DIY membukukan pendapatan Rp 3,21 triliun atau naik 93% secara tahunan (yoy), dengan laba bersih Rp 532 miliar dan naik 228% (yoy) dari periode yang sama tahun lalu.
Sementara ACES pada periode yang sama membukukan pendapatan Rp 4,06 triliun dengan laba bersih RP 366 miliar. Sementara ERAA membukukan laba Rp 523 miliar hingga akhir Juni 2024.
Masa penawaran awal diperkirakan digelar pada 25 November – 3 Desember 2024 dengan tanggal efektif IPO diperkirakan pada 11 Desember 2024.
Dari aksinya tersebut, dana IPO tersebut sekitar 60%-nya akan digunakan untuk pembayaran sebagian pokok utang kepada PT Bank CIMB Niaga Tbk. Lalu, sekitar 30%-nya akan digunakan oleh perusahaan anak perseroan untuk biaya pembukaan toko baru.
Adapun pembiayaan buka toko tersebtu terdiri dari biaya deposit dan uang muka sewa toko, renovasi, pengadaan perabotan dan perlengkapan toko di wilayah Jabodetabek, Jawa, Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Papua, dan Kepulauan Maluku.
Setelah itu, sekitar 10% akan digunakan oleh entitas anak PT Duta Sentosa Yasa untuk modal kerja operasional yang mencakup, namun tidak terbatas untuk biaya pembelian persediaan, biaya logistik, dan sebagainya.