6 Pekan Beruntun Asing Tanam Uang ke RI, Rupiah Perkasa

Read Time:2 Minute, 14 Second

Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki) Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah dana asing yang membanjiri pasar keuangan Tanah Air.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat di angka Rp15.425/US$ atau terapresiasi 0,36%. Bahkan pada saat di tengah perdagangan, rupiah sempat menguat lebih dalam ke angka Rp15.390/US$.

Sementara DXY pada pukul 14.50 WIB naik tipis 0,05% menjadi 101,52. Angka ini lebih tinggi dibandingkan penutupan perdagangan Selasa (26/12/2023) yang berada di angka 101,46.

Investor asing terpantau kembali membanjiri pasar keuangan domestik sesuai data transaksi yang dirilis BI pekan lalu.

BI merilis data transaksi 18 – 21 Desember 2023, investor asing di pasar keuangan domestik tercatat beli neto Rp6,37 triliun terdiri dari jual neto Rp0,12 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), beli neto Rp1,52 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp4,97 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Foreign inflow yang terjadi sejak pekan ketiga November ini terjadi secara beruntun dengan total lebih dari Rp40 triliun net buy dan lebih dari Rp25 triliun di SRBI.

Secara keseluruhan, selama 2023, berdasarkan data setelmen s.d. 21 Desember 2023, asing tercatat melakukan beli neto Rp81,40 triliun di pasar SBN, jual neto Rp11,61 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp52,81 triliun di SRBI.

Lebih lanjut, penguatan mata uang Garuda juga terjadi di tengah pelemahan DXY yang terjadi secara beruntun belakangan ini.

Indeks dolar anjlok ke posisi 101,47 pada Selasa (26/12/2023). Posisi tersebut adalah yang terendah sejak akhir Juli 2023 atau lebih dari lima bulan.

Dolar melemah sejalan dengan menguatnya ekspektasi pelaku pasar mengenai kebijakan dovish bank sentral AS (The Fed). Perangkat CME FedWatch memperkirakan The Fed sudah mulai memangkas suku bunga pada Maret tahun depan.

Dengan semakin melemahnya DXY, maka pasangan mata uang lainnya seperti rupiah mengalami apresiasi

Selain itu, faktor eksternal yang datang dari AS juga memberikan angin segar bagi Indonesia.

Inflasi PCE AS secara year on year/yoy di AS melandai menjadi 2,6% pada November 2023, terendah sejak Februari 2021. Angka ini di bawah dari periode sebelumnya yang berada di angka 2,9% yoy dan di bawah konsensus yang memperkirakan di angka 2,8% yoy.

Sementara laju inflasi inti PCE AS juga melandai di bawah ekspektasi pasar yakni di angka 3,2% yoy. Sebagai catatan, laju inflasi inti PCE AS periode sebelumnya dan konsensus di angka 3,3% yoy.

Semakin melandainya inflasi AS ini memberikan sentimen positif bagi pelaku pasar, karena artinya ada kecenderungan bahwa AS tidak mengetatkan kembali suku bunga acuannya di tahun 2024.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post IHSG Hari Ini Berpotensi Terkonsolidasi di Kisaran 7.002-7.231
Next post Gokil! BBRI Sentuh Rekor Lagi di Rp 5.750