Sebulan Naik 7,35%, Saham BNI (BBNI) Mulai Mantul ke Atas
Jakarta, CNBC Indonesia – Emiten perbankan Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) terpantau mulai merangkap naik pada perdagangan sesi I Rabu (21/8/2024).
Hingga pukul 12:00 WIB, saham BBNI cenderung stagnan di posisi Rp 5.475/unit. Saham BBNI pada sesi I hari ini bergerak di rentang harga Rp 5.425 – Rp 5.550 per unit.
Dari pergerakan sahamnya, dalam sepekan terakhir, BBNI sudah melesat 3,79%, sedangkan selama sebulan terakhir melonjak 7,35%, dan sepanjang tahun ini terapresiasi 1,86%.
Saham BBNI pada sesi I hari ini sudah ditransaksikan sebanyak 8.854 kali dengan volume sebesar 54,82 juta lembar saham dan nilai transaksinya sudah mencapai Rp 300,67 miliar. Adapun kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp 204,2 triliun.
Hingga pukul 12:00 WIB, di order offer atau jual, pada harga Rp 5.600/unit, menjadi antrean jual paling banyak di sesi I hari ini, yakni mencapai 81.398 lot atau sekitar Rp 45 miliar
Sedangkan di order bid atau beli, di harga Rp 5.300/unit menjadi antrean beli terbanyak pada sesi I hari ini, yakni mencapai 28.218 lot atau sekitar Rp 15 miliar.
Meski saham BBNI cenderung stagnan, tetapi pemulihannya sudah terjadi sejak akhir Juni lalu. Sejak saat itu, BBNI berusaha untuk kembali bangkit setidaknya sejak April lalu.
Membaiknya saham BBNI tentunya terjadi di tengah banyaknya sentimen positif yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan dan saham ke depannya.
Adanya sentimen positif dari potensi pemangkasan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) dan Bank Indonesia (BI) dapat berdampak kepada tingkat penyaluran kredit perbankan, termasuk bank-bank raksasa utamanya BMRI.
The Fed diprediksi akan memulai berakhirnya era suku bunga tinggi pada pertemuan edisi September mendatang. The Fed juga sebelumnya sudah mulai mengindikasikan akan memangkas suku bunga acuan jika inflasi terus mendingin.
Kemudian, BI diprediksi memangkas suku bunga acuan BI Rate sebesar 50 basis poin (bp) pada periode September-Desember tahun ini dan melakukan penurunan 50 bp kembali pada semester I-2025.
Alhasil, ketika suku bunga sudah lebih rendah, maka perbankan dapat dengan mudah menyalurkan kreditnya karena tingkat kredit perbankan akan lebih terjangkau dan masyarakat akan cenderung kembali mengambil kredit.
Dari sisi kinerja keuangan, BBNI saat ini masih belum melaporkan kinerja semester pertama 2024. Namun hingga Mei 2024, kinerjanya masih terbilang cukup baik.
Per 31 Mei 2024, BBNI mencatatkan laba bersih bank only Rp 8,6 triliun pada periode Januari-Mei 2024, meningkat 2% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Pertumbuhan laba ini didorong oleh penurunan beban operasional sebesar 24% menjadi Rp 5,06 triliun. Sementara itu net interest income (NII) tercatat turun 10% menjadi Rp 15,28 triliun.
Sementara pertumbuhan kredit BBNI cukup kuat pasca-Pemilu 2024. Outstanding kredit BBNI mencapai Rp 708,89 triliun, naik 12,6% (yoy) dan 1,4% secara bulanan (month-to-month/mtm). Pertumbuhan kredit yang stabil ini menunjukkan komitmen BBNI dalam mendukung perekonomian nasional.
BBNI juga menunjukkan likuiditas yang kuat dengan loan to deposits ratio (LDR) sebesar 89,9% pada Mei 2024. Rasio dana murah (CASA) BNI juga membaik menjadi 70,9%, dibandingkan setahun lalu yang berada di angka 69,7%.
CNBC INDONESIA RESEARCH