RI Deflasi 5 Bulan Beruntun, Dolar Merangkak Naik ke Rp 15.195

Read Time:1 Minute, 44 Second
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia – Nilai tukar rupiah terkoreksi di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada awal Oktober 2024. Rupiah hampir sentuh level Rp15.200/US$ an lagi.

Melansir Refinitiv, mata uang Garuda ditutup di angka Rp15.195/US$ pada perdagangan hari ini, Selasa (1/10/2024), melemah 0,4% dari penutupan sebelumnya (30/09/2024).

Bersamaan dengan pelemahan rupiah, indeks dolar AS (DXY) menguat ke titik 100.943 dengan penguatan sebesar 0,16%. Hal ini menjadi salah satu penekan nilai rupiah hari ini.

Lebih lanjut, pelemahan nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh kombinasi faktor domestik dan sentimen global.

Di dalam negeri, Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia pada September 2024 tercatat menurun signifikan ke angka 0,12% month-to-month (mom) atau mengalami deflasi yang kelima bulan beruntun.

Menurut Ekonom Senior SSI Research, Fithra Faisal Hastiadi, penurunan harga makanan yang dipicu oleh musim panen padi yang terlambat menjadi penyebab utama pelemahan inflasi.

Namun, penurunan inflasi ini juga mengindikasikan lemahnya permintaan konsumen yang berdampak pada prospek pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, pelemahan rupiah juga terpengaruh oleh sentimen global, terutama kebijakan moneter Amerika Serikat. Ketua bank sentral AS (The Fed), Jerome Powell, menyatakan bahwa bank sentral AS kemungkinan akan terus melanjutkan penurunan suku bunga secara bertahap.

Powell menegaskan bahwa tidak ada urgensi untuk menurunkan suku bunga secara cepat, mengingat adanya peningkatan kepercayaan terhadap pertumbuhan ekonomi AS yang berkelanjutan dan pengeluaran konsumen yang stabil.

Komentar Powell mencerminkan optimisme terhadap kondisi ekonomi AS, yang semakin diperkuat oleh revisi data pendapatan domestik bruto (GDI) yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi lebih baik dari perkiraan.

Hal ini membuat rupiah rentan terhadap penguatan dolar AS, karena investor global lebih memilih aset dalam denominasi dolar yang menawarkan imbal hasil lebih menarik.

Dari sisi kebijakan domestik, ekonomi Indonesia menghadapi tantangan tambahan dengan indeks PMI yang berada di bawah 50, menandakan kontraksi di sektor manufaktur.

Kondisi ini semakin menambah tekanan bagi rupiah, mengingat rendahnya permintaan konsumen domestik serta potensi hambatan terhadap pencapaian target pertumbuhan ekonomi sebesar 5% pada tahun fiskal 2024.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Rupiah Tertekan Hari Ini, Dolar Ditutup Naik ke Rp 15.135
Next post Waspada Guncangan Rudal Iran ke Israel, Rupiah Rawan Melemah!