Bursa Saham RI Ambruk 5% Dalam Sepekan, Ini Kata Bos BTN

Read Time:3 Minute, 23 Second
Direktur Finance, Planning, & Treasury Bank BTN, Nixon L.P. Napitupulu
Foto: Direktur Finance, Planning, & Treasury Bank BTN, Nixon L.P. Napitupulu

Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mendapat hantaman keras hingga tersungkur 5% pada pekan lalu. Ambruknya IHSG dalam sepekan itu menjadi yang terparah dalam lebih dari dua tahun. Depresiasi ini kemudian mengakumulasi kejatuhan IHSG mencapai 6,13% sejak awal tahun.

Seiring dengan kejatuhan IHSG, salah satu faktor yang mempengaruhi adalah aliran dana keluar asing yang masih deras mencapai Rp3,9 triliun di pasar reguler dari periode 3 – 7 Februari 2025.

Baca:Karyawan Tetap Cuma 4 Orang, Emiten TGUK Buka Suara

Adapun sektor yang paling kena serbuan aksi lego investor asing ini adalah sektor keuangan. Saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mengalami punishment paling berat dengan net sell asing mencapai Rp2,27 triliun, diikuti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp839,9 miliar, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Rp198,6 miliar, dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) Rp45,9 miliar.

Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan, berdasarkan pernyataan sejumlah analis, jatuhnya saham perbankan disebabkan oleh ketatnya likuiditas yang memicu investor asing melepas kepemilikan di perbankan Indonesia.

“Bukan hanya BTN, semua keuangan. Gara-gara beberapa bank bikin publikasi pada jatuh tuh saham. Nggak semuanya melihat memang tahun 2025, termasuk analis aku tanya kenapa pada lepasan bank-bank di Indonesia, bukan cuma yang Himbara, hampir seluruh bank sahamnya dikoreksi. Karena mereka melihat ketatnya likuiditas. Intinya itu,” ujarnya saat ditemui di GBK Senayan, dikutip Senin (10/2).

Ia melanjutkan, investor tidak yakin pertumbuhan bisnis bank akan secerah tahun 2025. Hal ini menjadi sorotan industri bank untuk menjaga pertumbuha tahun ini.

“Jadi mereka nggak yakin pertumbuhannya para analis ya, bukan saya. Nggak yakin pertumbuhannya akan seperti masa-masa sebelumnya. Nah ini yang jadi PR banget adalah memang menjaga pertumbuhan dengan likiditas yang ketat, yang bisa. Karena kalau likuiditas mahal kan profit pasti turun. Sebenarnya itu kompensasi. Jadi, karena bunga dana kan mahal,” jelasnya.

Saat ditanya terkait rencana buyback untuk meredam kejatuhan saham BTN, Nixon akan mempertimbangkan berbagai aspek dan melihan kondisi pasar.

“Sementara kita lihat dulu deh. Sebenarnya gua ada aksi korporasi, BTN Syariah kan. Nunggu itu kelar dulu deh, nggak bisa barengan kalau kayak gini,” sebutnya.

Ia mengungkapkan tidak memasang target pertumbuhan kredit yang tinggi untuk tahun 2025. Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu mengungkapkan alasannya karena likuiditas perbankan cukup menantang tahun ini.

“Lebih karena likuiditinya. Jadi bukan karena apa-apa, tahun ini likuiditinya masih ketat, kita lihat market masih berat,” ucapnya.

Nixon mengungkapkan, BTN telah meluncurkan layanan produk baru khusus segmen perumahan yang bernama Bale by BTN. Melalui produk tersebut BTN menargetkan 4-5 juta pengguna hingga akhir tahun ini.

Harapannya, hal itu dapat menarik lebih banyak dana murah ritel secara berkelanjutan dan juga mempermudah nasabah untuk memenuhi kebutuhannya secara digital.

“Bale sudah tersambung dengan dua juta user hanya dalam waktu satu tahun, dan pada tahun 2025 diharapkan bisa didorong ke angka empat hingga lima juta user,” ucapnya.

Dengan meningkatnya kenyamanan nasabah dalam bertransaksi digital, kata dia, diharapkan akan membantu peningkatan dana pihak ketiga (DPK) ritel serta pendapatan berbasis biaya (fee-based income).

“Jadi mengurangi juga proses waktu yang bolak-balik-bolak balik. Jadi reducing time, jadi easy, asal lengkap, benar, nanti datanya di-upload gitu ya, dan jadi orang dapat universitas lah. Jadi kita harapkan juga mempercepat proses pencairan kredit,” jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama, SEVP Digital Business BTN Thomas Wahyudi mengatakan, hingga saat ini jumlah user Bale by BTN diproyeksikan mencapai 3,6 juta, dengan volume transaksi mencapai Rp8 triliun per bulan. Setiap bulannya, BTN mendapatkan 125.000 pengguna baru Bale by BTN.

“Jadi ini angka yang cukup besar juga, dan kita optimis bahwa di tahun-tahun mendatang kita akan lebih banyak lagi orang yang akan mengajukan kredit lewat bale,” pungkasnya.

Pada akhir Desember 2024, BTN mencatat peningkatan hampir 43% year-on-year (yoy) di saldo tabungan menjadi Rp16,76 triliun dari sebelumnya Rp11,66 triliun. Sementara itu, saldo eDepo melonjak 103,84% yoy menjadi Rp5,3 triliun dari sebelumnya Rp2,6 triliun. Sedangkan saldo merchant naik 58,6% yoy menjadi Rp2,49 triliun dari sebelumnya Rp1,57 triliun.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Cara Blokir KTP yang Didaftarkan Pinjol Ilegal Sepihak
Next post Siap-Siap, BRI Mau Buyback Saham Rp 3 Triliun Sebentar Lagi