Dear Investor, Begini Kondisi Ekonomi dan Pasar Modal Pasca Pemilu
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (11/9/223). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Jakarta, CNBC Indonesia – Tahun ini merupakan tahun politik karena adanya masa pemilihan umum Presiden dan Legislatif. Sehingga, investor kerap mempertanyakan potensi perubahan kebijakan efek terpilihnya salah satu kandidat yang dapat mempengaruhi bisnis ke depan, khususnya pada emiten di pasar modal.
Direktur Bisnis Konsumer PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Handayani mengungkapkan, memasuki kuartal I tahun ini, terdapat optimisme melandainya inflasi dan pemangkasan suku bunga secara global.
Hal itu dapat menjadi sentimen positif terhadap pasar keuangan domestik terutama terhadap stabilitas nilai tukar uang rupiah, meskipun Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga menjadi 6% dan diproyeksikan tidak akan menaikkannya lagi, namun masih terdapat ketidakpastian di tahun 2024 terutama terkait dengan perkembangan ekonomi US & kebijakan moneter The Fed.
Bac |
“Tentunya diperlukan panduan untuk nasabah retail dalam menentukan strategi investasi yang tepat,” ujarnya dalam keterangan resminya, Senin (26/2).
Senada dengan Handayani, Direktur Retail & IT BRI Danareksa Sekuritas Fifi Virgantria menyampaikan bahwa pemilu yang damai akan memberikan dampak positif terhadap stabilitas pasar.
“Saat ini investor cenderung memperhatikan arah kebijakan, kemungkinan perubahan-perubahan di sisi pemerintah yang akan mempengaruhi bisnis ke depan yang tentunya akan berdampak pada kinerja emiten di pasar modal,” sebutnya.
Sementara, Head of Equity Research BRI Danareksa Sekuritas Erindra Krisnawan menyampaikan bahwa pilpres yang berlangsung dengan baik memberikan konfirmasi atas faktor ‘Stabilitas’ Indonesia.
Optimisme pasar paska piplres, yang ditandai dengan aliran dana investor asing yang masuk, didukung oleh ekspektasi dan prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang lebih tinggi di era pemerintahan baru.
“Trend positif ini bisa berlanjut jika didukung oleh adanya indikasi pertumbuhan laba bersih yang dapat membaik di atas level sebelumnya (7-8%). Sementara itu, stabilitas makroekonomi saat ini memberikan proteksi untuk investor terhadap downside risk dari pertumbuhan,” pungkasnya.