Titah The Fed Bikin Rupiah Perkasa, Dolar Tersungkur ke Rp15.230

Read Time:1 Minute, 58 Second
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia – Nilai tukar rupiah terpantau terus menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Kamis (19/9/2024) pasca rilis keputusan suku bunga Bank Indonesia (BI) dan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) (The Fed).

Melansir dari Refinitiv, mata uang Garuda ditutup pada level Rp15.230/US$ atau naik sebesar 0,65% dari penutupan sebelumnya (18/9/2024). Rupiah berhasil turun pada level Rp15.200/US$ an.

Bersamaan dengan penguatan rupiah, indeks dolar AS (DXY) terlihat bergerak naik tipis ke titik 100,670 dengan turun sebesar 0,07%.

Pergerakan nilai rupiah saat ini dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu hasil keputusan suku bunga dari BI serta The Fed. Kedua bank sentral ini mengumumkan penurunan suku bunga pada pekan ini.

Kemarin, BI mengambil langkah untuk memangkas BI rate sebesar 25 basis poin (bps), menurunkannya ke level 6,00%. Bersamaan dengan itu, suku bunga Deposit Facility juga diturunkan menjadi 5,25%, dan suku bunga Lending Facility menjadi 6,75%.

Keputusan pemangkasan suku bunga ini merupakan yang pertama kali dilakukan oleh BI sejak Februari 2021. Sebelumnya, BI telah menaikkan suku bunga secara bertahap dengan total kenaikan sebesar 275 bps selama periode Agustus 2022 hingga April 2024.

Setelah itu, BI mempertahankan suku bunga tersebut selama empat bulan berturut-turut, yaitu pada Mei, Juni, Juli, dan Agustus 2024.

Sementara dari sisi eksternal, tepatnya pada Kamis dini hari waktu Indonesia, The Fed mengumumkan hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang juga memangkas suku bunga acuannya sebesar 50 bps, sehingga menjadi 4,75-5,00%.

The Fed menjelaskan bahwa keputusan pemangkasan suku bunga ini diambil karena mereka yakin inflasi AS sudah bergerak menuju target kisaran mereka di angka 2%. Namun, faktor utama yang mendorong pemangkasan sebesar 50 bps adalah tingkat pengangguran AS yang mengalami peningkatan.

Menariknya, meskipun dolar AS awalnya diperdagangkan lebih rendah setelah pengumuman The Fed, namun kemudian justru mengalami penguatan setelah Ketua The Fed, Jerome Powell, menyelesaikan konferensi persnya.

Vassili Serebriakov, seorang strategi FX & makro di UBS di New York, menyebut pemangkasan ini sebagai “pemotongan yang lebih dovish” dan “jelas bukan pemotongan yang hawkish.”

Powell juga menyampaikan pandangan optimisnya tentang ekonomi AS. Ia menegaskan bahwa ia tidak melihat adanya indikasi resesi atau bahkan penurunan ekonomi di masa depan.

CNBC Indonesia Research

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post BI Catat Transaksi LCS Tembus US$ 6,4 Miliar pada Januari-Agustus 2024
Next post Breaking! Rupiah Strong, Dolar Terkapar ke Rp15.075